Pages

Jumat, 30 Mei 2014

The Raid 2: Berandal

http://cdn.bloody-disgusting.com/wp-content/uploads/2014/02/The-Raid-2-Australian-poster_JPG.jpg.jpg
It's Not Over Yet








Setelah sukses dengan The Raid silam, para kru dari film tersebut bekerjasama kembali dan kali ini mengerjakan sebuah proyek yang jauh lebih ambisius dan megah daripada film pertamanya. Dengan budget yang lebih besar serta para kru film itu sendiri yang saya pribadi melihatnya berkembang, film ini dirilis dengan judul "The Raid 2: Berandal".


Bercerita dua jam setelah film pertamanya, The Raid, film kedua ini dibuka dengan adegan yang mengejutkan dengan kematian salah satu tokoh dalam film pertamanya. Kematian ini yang mengungkap bahwa sebenarnya bos kriminal Tama dalam film pertama bukanlah siapa-siapa jika dibandingkan dengan bos di film kedua ini.

Bejo, salah satu bos gangster di Jakarta mulai haus akan kekuasaan yang lebih. Ia mulai ingin merealisasikan ambisinya untuk menguasai yang lebih lagi. Namun demikian, usahanya terhalang karena dunia kriminal di Jakarta sudah dibagi dua antara pihak keluarga Bangun, dan pihak keluarga Goto dari Jepang. Dua penguasa besar terlalu besar hingga Bejo kesulitan untuk mengalahkan mereka.

Keluarga Bangun dan Goto sendiri menguasai kota dengan damai. Dua pihak itu sudah 10 tahun tidak pernah berselisih sehingga kota selama ini aman-aman saja. Meskipun aman, tetapi tetap saja amannya ya bagi mereka, bukan bagi rakyat sipil. Sebuah divisi kecil anti-korupsi dari kepolisian hendak menghentikan kekuasaan dua bos besar ini.

Dar, der, dor
Di sinilah tokoh utama bad-ass kita masuk: Rama (yang sepertinya dalam sinopsis saya di atas dia tidak masuk sama sekali).

Trauma atas kejadian di film pertama, Rama sudah tidak mau berurusan lagi dengan hal-hal demikian. Baginya sudah cukup. Namun, setelah dibujuk oleh Bunawar (ketua divisi anti-korupsi), serta mengingat bahaya yang bisa mengancam keluarganya, Rama setuju untuk ikut dalam misi Bunawar.

Rama pun pergi menyamar, masuk ke dalam penjara, mendekati anak sulung dari Bangun yang sedang dipenjara, lalu keluar dari penjara dan menjadi kenalan Bangun.

Bagi saya, film keduanya ini berhasil dalam membuat cerita yang dalam dan lebih megah daripada sebelumnya. Jika di film pertama premis cerita yang ditawarkan hanyalah bertahan hidup di sebuah gedung penuh kriminal, di film kedua ini premisnya lebih banyak dan bercabang.

Meskipun film ini bagi saya pribadi sangat memuaskan, masih ada beberapa kejanggalan yang saya rasa kurang enak dalam film ini. Yang pertama adalah bagaimana karakter Rama dalam film ini yang kurang digali dan didalami. Dengan durasi film 2,5 jam, film ini menggali dengan cukup dalam mengenai karakter-karakter big boss namun kurang dalam menggali tokoh protagonis utama itu sendiri.
Prakoso menggila
Kelemahan lain yang saya temukan dalam film ini mungkin mirip dengan film Spiderman 3 atau The Amazing Spiderman 2, yakni terlalu banyak villain (tokoh jahat) di dalamnya sehingga villain-villain yang sebenarnya menarik jadi terlihat terlantar.

Deretan villain yang kurang digali menurut saya adalah termasuk tokoh adik kakak Baseball Bat Man dan Hammer Girl yang sebenarnya akan sangat menyentuh jika digali (terlebih adegan pertarungan mereka dengan Rama yang menurut saya berakhir haru). Villain lain yang berpotensi namun kurang digali adalah tokoh Assassin yang muncul dengan gaya bertarung yang hebat namun minim dialog. Tidak seperti Mad-Dog di film pertamanya yang membuat semua orang terkenang baik dari cara bertarung maupun quote-quote gimmicknya ("greget"), tokoh villain dalam film kedua ini hanya menarik lewat gaya bertarung mereka (yang memiliki keunikan masing-masing) namun tidak secara kutipan. (Untuk quote yang saya ingat dari para villain hanya quote gimmick dari Baseball Bat Man)

Tokoh Prakoso sendiri juga tampil sebentar namun menjadi pemicu konflik selanjutnya. Untuk tokoh Prakoso sendiri, ia merupakan salah satu tokoh villain yang digarap latar ceritanya meskipun terkesan minim dan saya malah menganggap bahwa latar cerita Assassin lebih penting diangkat dibandingkan cerita latar tokoh Prakoso.

By the way, terlepas dari beberapa kekurangan dari film ini, film ini masih menyimpan banyak keunggulan. Mulai dari koreografi bela diri yang apik hingga ceritanya yang lebih berbobot. Bagi saya ini adalah terobosan dalam genre film martial art dengan cerita yang mendalam.

At last, dua setengah jam yang saya habiskan untuk menonton film ini terbayarkan. Saya puas!

Sini bolanya.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About