Your life is on the line |
Saat tahu bahwa film
ini disutradarai oleh Joel Schumacher, saya sempat ragu sebenarnya. Trauma
dengan film Batman & Robin yang saya kurang sukai yang disutradarai oleh
Joel, saya takut film ini akan menjadi salah satu film mengerikan (baca: buruk)
yang saya tonton. Namun, untuk memastikannya, saya pun memutuskan untuk
menontonnya sendiri.
Menceritakan Stuart,
seorang agen publisher, yang
terperangkap dalam kondisi mengerikan. Stuart merupakan seorang yang sombong,
arogan, dan suka obral janji. Ia bahkan memiliki asisten pribadi yang berharap
banyak padanya namun tampaknya Stuart hanya memanfaatkan keluguan anak muda
tersebut.
Hidup Stu tidak
buruk-buruk amat. Ia memiliki cukup banyak uang dan kehidupan yang nyaman.
Istrinya yang cantik setia menunggunya di rumah. Tanpa istrinya tahu, Stu
sebenarnya melirik perempuan lain yang lebih cantik.
Setiap pagi, Stuart
selalu pergi ke sebuah bilik telepon umum untuk menelepon Pam, gadis yang ia
lirik selain istrinya itu. Rutinitasnya ini, menelepon Pam dari bilik telepon
yang sama setiap hari, ternyata menjadi awal dari sebuah terror bagi dirinya.
Diancam lewat telepon |
Suatu hari, setelah
menelepon Pam, telepon tersebut bordering. Stu pun mengangkatnya. Tanpa diduga,
telepon tersebut datang dari seorang misterius yang mengancam akan membunuh Stu
jika Stu menutup teleponnya. Lantas, apakah yang akan terjadi dengan Stu?
Apakah ia dapat lolos dari terror yang mengancam ini?
Untuk sebuah underestimate, saya dapat bernafas lega
karena Joel Schumacher tidak seburuk yang saya kira. Namun, untuk sebuah film thriller yang memompa adrenalin, saya
ragu saya bisa mengacungi jempol akan itu.
Phone Booth merupakan
film dengan latar yang tidak terlalu banyak, karena hampir 90% dari adegan
dalam film ini diambil dalam satu set latar, yakin, seperti judulnya, bilik
telepon. Dari premisnya sendiri, saya merasa tertarik dengan ketegangan di satu
tempat yang sama. Film seperti ini sendiri bagi saya cukup beresiko. Mengapa?
Karena jika sang sutradara dan kru lainnya tidak pandai-pandai menggarap film
tersebut, maka film itu bisa jadi membosankan.
Nyatanya film ini tidak
membosankan saat sang penelepon misterius masih menelepon. Namun, justru
menurut saya karena ketegangan yang diberikan secara psikologis ini terus
berlanjut, hal inilah yang membuatnya agak jatuh.
Para polisi |
Film ini terlalu
berhasil mempertahankan ketegangan sehingga saya nyaris tidak bisa merasakan
ketegangan yang memuncak. Ketegangan memuncak hanya saya dapat saat penghujung
film. Namun sisanya? Saya merasa tegang, tapi datar.
Terlepas dari kelemahannya
itu, film ini memiliki cara pengambilan gambar yang hebat dan dialog yang
berjalan natural antara si penelepon, Stu, maupun para polisi di sekelilingnya.
Saya juga memuji film ini akan acting para pemainnya yang bisa dibilang cukup
memuaskan
Overall,
dengan akting yang apik dari Collin Farrel sebagai Stuart dan beberapa pemain
lain, dan setting yang terbatas membuatnya sebagai film yang brilian dan
berpotensi menjadi thriller yang
memberikan nafas segar. Namun demikian, menaikkan tempo ketegangan merupakan
hal yang sulit pada film semacam ini, dan di sinilah film ini memiliki sebuah
lubang kecil.
But a ringing phone has to be answered, doesn't it?
0 komentar:
Posting Komentar