Pages

Jumat, 13 Juni 2014

Phone Booth

Your life is on the line
Saat tahu bahwa film ini disutradarai oleh Joel Schumacher, saya sempat ragu sebenarnya. Trauma dengan film Batman & Robin yang saya kurang sukai yang disutradarai oleh Joel, saya takut film ini akan menjadi salah satu film mengerikan (baca: buruk) yang saya tonton. Namun, untuk memastikannya, saya pun memutuskan untuk menontonnya sendiri.


Menceritakan Stuart, seorang agen publisher, yang terperangkap dalam kondisi mengerikan. Stuart merupakan seorang yang sombong, arogan, dan suka obral janji. Ia bahkan memiliki asisten pribadi yang berharap banyak padanya namun tampaknya Stuart hanya memanfaatkan keluguan anak muda tersebut.

Hidup Stu tidak buruk-buruk amat. Ia memiliki cukup banyak uang dan kehidupan yang nyaman. Istrinya yang cantik setia menunggunya di rumah. Tanpa istrinya tahu, Stu sebenarnya melirik perempuan lain yang lebih cantik.

Setiap pagi, Stuart selalu pergi ke sebuah bilik telepon umum untuk menelepon Pam, gadis yang ia lirik selain istrinya itu. Rutinitasnya ini, menelepon Pam dari bilik telepon yang sama setiap hari, ternyata menjadi awal dari sebuah terror bagi dirinya.
Diancam lewat telepon
Suatu hari, setelah menelepon Pam, telepon tersebut bordering. Stu pun mengangkatnya. Tanpa diduga, telepon tersebut datang dari seorang misterius yang mengancam akan membunuh Stu jika Stu menutup teleponnya. Lantas, apakah yang akan terjadi dengan Stu? Apakah ia dapat lolos dari terror yang mengancam ini?

Untuk sebuah underestimate, saya dapat bernafas lega karena Joel Schumacher tidak seburuk yang saya kira. Namun, untuk sebuah film thriller yang memompa adrenalin, saya ragu saya bisa mengacungi jempol akan itu.

Phone Booth merupakan film dengan latar yang tidak terlalu banyak, karena hampir 90% dari adegan dalam film ini diambil dalam satu set latar, yakin, seperti judulnya, bilik telepon. Dari premisnya sendiri, saya merasa tertarik dengan ketegangan di satu tempat yang sama. Film seperti ini sendiri bagi saya cukup beresiko. Mengapa? Karena jika sang sutradara dan kru lainnya tidak pandai-pandai menggarap film tersebut, maka film itu bisa jadi membosankan.

Nyatanya film ini tidak membosankan saat sang penelepon misterius masih menelepon. Namun, justru menurut saya karena ketegangan yang diberikan secara psikologis ini terus berlanjut, hal inilah yang membuatnya agak jatuh.
Para polisi

Film ini terlalu berhasil mempertahankan ketegangan sehingga saya nyaris tidak bisa merasakan ketegangan yang memuncak. Ketegangan memuncak hanya saya dapat saat penghujung film. Namun sisanya? Saya merasa tegang, tapi datar.

Terlepas dari kelemahannya itu, film ini memiliki cara pengambilan gambar yang hebat dan dialog yang berjalan natural antara si penelepon, Stu, maupun para polisi di sekelilingnya. Saya juga memuji film ini akan acting para pemainnya yang bisa dibilang cukup memuaskan


Overall, dengan akting yang apik dari Collin Farrel sebagai Stuart dan beberapa pemain lain, dan setting yang terbatas membuatnya sebagai film yang brilian dan berpotensi menjadi thriller yang memberikan nafas segar. Namun demikian, menaikkan tempo ketegangan merupakan hal yang sulit pada film semacam ini, dan di sinilah film ini memiliki sebuah lubang kecil.

But a ringing phone has to be answered, doesn't it?

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About